Kamis, 22 November 2012

Boston, Tea Party


Kemenangan dalam perang Perancis dan India pada tahun 1773 telah membawa keterpurukan ekonomi yang mendalam bagi Inggris. Karena itu, pemerintahan Raja George III bermaksud mengenakan pajak pada koloni di Amerika untuk menutupinya. Mereka juga berusaha menguatkan kendali atas pemerintahan kolonial yang menjadi semakin longgar ketika Inggris terlibat dalam perang. Maksud itu justru memperparah permasalahan. Berbagai kebijakan dan perundangan seperti Stamp Act (1765), Townsend Act (1767) dan Pembantaian Boston (1770) telah menggelisahkan para kolonis dan meningkatkan ketegangan. Namun demikian, usaha kerajaan untuk mengenakan pajak teh-lah yang memicu para kolonis untuk bertindak dan meletakkan dasar bagi Revolusi Amerika.
Koloni menolak membayar pungutan sebagaimana ditetapkan dalam Townsend Acts dan mengklaim bahwa mereka tidak berkewajiban membayar pajak yang dikenakan oleh Parlemen yang mereka tidak memiliki perwakilan di dalamnya. Menanggapi hal tersebut, Parlemen lalu menghapus pajak dengan perkecualian pada bea masuk teh. Pada Mei 1773 Parlemen Inggris merancang sebuah siasat baru, yaitu memberikan hak monopoli impor teh ke Amerika kepada sebuah perusahaan India. Bersamaan dengan itu, Parlemen juga mengurangi bea masuk atas teh impor yang harus dibayar oleh koloni. Dengan demikian, orang-orang Amerika bisa mendapatkan teh dengan harga yang lebih murah. Kebijakan ini lebih merupakan langkah politis daripada kebijakan keuangan dan perpajakan. Intinya adalah, jika koloni membayar pajak bea masuk atas teh maka itu akan berarti mereka mengakui hak Parlemen untuk mengenakan pajak kepada mereka. Rencana ini didasarkan pada asumsi bahwa teh merupakan bagian penting gaya hidup kolonial, dan para kolonis akan lebih suka membayar pajak yang lebih tinggi dari pada dilarang menikmati secangkir teh.
Ternyata para kolonis tidak bisa dikibuli dengan kebijakan-kebijakan tersebut. Mereka memahami maksud dibalik kebijakan itu. Maka, ketika perusahaan yang ditunjuk, yaitu East India Company, mengapalkan teh ke Philadelphia dan New York, kapal-kapal tersebut dilarang berlabuh. Di Charleston, kapal diijinkan mendarat akan tetapi teh-teh tersebut harus digudangkan. (Tiga tahun kemudian teh tersebut dijual oleh para pejuang untuk membiayai revolusi).
Di Boston, kedatangan tiga kapal teh memicu reaksi amarah. Krisis memuncak pada 16 Desember 1773 ketika sebanyak 7000-an orang mencari-cari dimana kapal-kapal tersebut dilabuhkan. Sebuah rapat massa yang dihelat memutuskan bahwa kapal-kapal tersebut harus meninggalkan pelabuhan dan mereka tidak akan membayar kewajiban apapun kepada Inggris. Lalu sebuah komite diutus ke Gedung Bea Cukai untuk memaksa pelepasan kapal-kapal tersebut menegaskan penolakan untuk membayar apapun. Terjadi kebuntuan. Komite utusan kembali lagi ke pertemuan massa menyampaikan hal tersebut. Massa menjadi marah. Dan pada sore hari, sekitar 200-an orang menyamar sebagai orang-orang Indian menyusup ke kapal-kapal pengangkut ter tersebut. Mereka kemudian menghancurkan peti-peti teh dan membuangnya ke laut. Para kolonis mendukung aksi tersebut sementara pemerintah London bereaksi dengan cepat dan keras. Pada Maret 1774 parlemen meluluskan Intolerable Acts yang antara lain berisi penutupan Pelabuhan Boston. Dan, kemudian terjadilah revolusi yang kemudian melahirkan negara Amerika yang kita kenal sekarang. 

Sumber: http://teanology.wordpress.com/2012/01/21/boston-tea-party/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar