Minggu, 25 November 2012

Edward Low





Kapten Edward "Ned" Low adalah bajak laut Inggris terkenal selama hari akhir dari Golden Age of Piracy, di awal abad 18. Dia lahir sekitar 1690 ke dalam kemiskinan di Westminster, London, dan seorang pencuri dari usia muda. Rendah pindah ke Boston, Massachusetts, sebagai seorang pemuda. Istrinya meninggal saat melahirkan pada 1719-an. Dua tahun kemudian, ia menjadi bajak laut, yang beroperasi di lepas pantai New England dan Azores, dan di Karibia.

Dia kapten sejumlah kapal, biasanya mempertahankan armada kecil dari tiga atau empat. Low dan kru bajak lautnya ditangkap sekitar seratus kapal selama karir pendeknya, membakar sebagian besar dari mereka. Meskipun ia aktif hanya tiga tahun, Low tetap terkenal sebagai salah satu bajak laut paling ganas pada zaman itu, dia dikenal dengan reputasi yang suka menyiksa korbannya sebelum membunuh mereka. Sir Arthur Conan Doyle menggambarkan Low sebagai "Savage and Desperate," dan seorang pria yang "Amazing and grotesque" The New York Times menyebutnya Torturer, metode yang akan "melakukan kredit kepada kecerdikan Inkuisisi Spanyol di hari-hari paling gelap" Low meninggal  sekitar pada tahun 1724, dan telah menjadi subyek banyak spekulasi

James Cook




Kapten James Cook, seorang penjelajah Inggris, navigator, kartografer, dan kapten di Angkatan Laut Kerajaan Inggris. Cook membuat peta rinci dari Newfoundland sebelum membuat tiga perjalanan ke Samudra Pasifik, di mana ia mencapai kontak Eropa pertama dengan garis pantai timur Australia dan Kepulauan Hawaii, dan dia adalah circumnavigation pertama dari Selandia Baru.

Cook bergabung dengan angkatan laut pedagang Inggris saat remaja dan bergabung dengan Angkatan Laut Kerajaan pada tahun 1755. Dia melihat aksi dalam Seven Years War, dan kemudian disurvei dan dipetakan banyak pintu masuk ke Saint Lawrence River selama pengepungan Quebec. Hal ini membantu Cook masuk ke Admiralty dan Royal Society. Pemberitahuan ini datang pada saat yang penting dalam karir Cook dan arah eksplorasi luar negeri Inggris, dan menyebabkan komisinya pada 1766 sebagai komandan HM Bark Endeavour untuk pertama dari tiga perjalanan Pacific.

Dalam tiga perjalanan, Cook berlayar ribuan mil di seluruh wilayah sebagian besar yang belum pernah dipetakan. Dia memetakan dunia dari Selandia Baru sampai ke Hawaii di Samudra Pasifik secara lebih rinci dan pada skala yang sebelumnya tidak tercapai. Saat ia berkembang pada perjalanan nya penemuan yang disurvei dan diberi nama fitur, dan mencatat pulau dan garis pantai pada peta Eropa untuk pertama kalinya. Dia menunjukkan sebuah kombinasi dari ilmu pelayaran, survei unggul dan keterampilan kartografi, keberanian fisik dan kemampuan untuk memimpin orang dalam kondisi buruk.
Cook tewas di Hawaii dalam pertempuran dengan Hawaii selama perjalanan ketiga eksplorasi di Pasifik pada tahun 1779. Dia meninggalkan warisan pengetahuan ilmiah dan geografis yang mempengaruhi para penerusnya sampai ke abad ke-20 dan banyak kenangan di seluruh dunia telah didedikasikan kepadanya.

Benedict Arnold





Benedict Arnold adalah seorang jenderal selama Perang Revolusi Amerika lahir pada tanggal 14 Januari 1741 yang awalnya berjuang untuk Amerika Kontinental Angkatan Darat, namun membelot ke Angkatan Darat Inggris. Saat dia masih menjadi jenderal Amerika, ia memperoleh perintah dari benteng di West Point, New York, dan berencana untuk menyerahkan kepada pasukan Inggris.

Lahir di Connecticut, Arnold adalah kapal operasi pedagang di Samudera Atlantik ketika perang keluar pada 1775. Setelah bergabung dengan tentara di luar Boston, ia membedakan dirinya melalui tindakan kecerdasan dan keberanian.

Kongres menyelidiki rekening dia bahwa dia berhutang kepada Kongres setelah menghabiskan banyak uang pada upaya perang. Karena frustasi, Arnold memutuskan untuk mengubah sisi pada 1779, dan membuka negosiasi rahasia dengan Inggris. Pada bulan Juli 1780, ia ditawari,  dan diberikan komando West Point. Skema Arnold untuk menyerahkan benteng ke Inggris terjadi ketika pasukan Amerika yang ditangkap Mayor Inggris John AndrĂ© membawa kertas yang mengungkapkan plot. Setelah mengetahui penangkapan AndrĂ©, Arnold melarikan diri menyusuri Sungai Hudson ke Hering sloop-of-war Vulture Inggris, menghindari penangkapan oleh pasukan George Washington, yang telah waspada terhadap plot.

Arnold menerima komisi sebagai brigadir jenderal di Angkatan Darat Inggris, tunjangan tahunan sebesar £ 360, dan total jumlah lebih dari £ 6.000. Dia memimpin pasukan Inggris pada penggerebekan di Virginia, dan hampir ditangkap Thomas Jefferson, dan melawan New London dan Groton, Connecticut, sebelum perang secara efektif berakhir dengan kemenangan Amerika di Yorktown. Pada musim dingin 1782, Arnold pindah ke London dengan istri keduanya, Margaret "Peggy" Shippen Arnold. Ia diterima dengan baik oleh Raja George III dan Tories. Pada 1787, ia masuk ke bisnis dagang dengan putranya Richard dan Henry di Saint John, New Brunswick, lalu kembali ke London untuk menetap secara permanen pada 1791, lalu ia meninggal sepuluh tahun kemudian.
Karena cara dia mengubah sisi, namanya menjadi buah bibir di Amerika Serikat karena pengkhianatan. 
Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Benedict_Arnold

Kamis, 22 November 2012

Zaman Renaissance



Pada tahun 1000an telah terjadi suatu perang besar dan berkepanjangan yang terkenal dengan sebutan Perang Salib. Sebagai penyebabnya adalah karena “tanah suci” (Israel sekarang) secara silih berganti di duduki atau dikuasai oleh raja-raja Islam. Masyarakat Barat yang Kristen dan yang menganggap tanah suci itu sebagai milik mereka berusaha merebutnya dari para penguasa Islam. Dalam perang tersebut para prajurit Kristen memang menggunakan tanda-tanda salib pada pakaian dan persenjataan mereka, disamping juga memang dipimpin oleh para raja Kristen.
Perang salib tersebut berlangsung berkepanjangan, bahkan bangsa-bangsa Barat yang datang ke Indonesia pada akhir abad 16 masih diliputi oleh suasana perang tersebut. Sebagai akibatnya adalah terjadinya konflik-konflik dengan pedagang-pedagang Islam dari Timur Tengah yang telah terlebih dahulu datang ke Indonesia dan juga dengan para penguasa Islam setempat.  Namun demikian juga terdapat dampak positif dari perang tersebut, yaitu terjadinya kontak kebudayaan, dan lebih dari itu bangsa Eropa mulai terbuka dan mengakui ketinggian   kebudayaan Timur tengah dan Asia. Mereka menyaksikan kemewahan-kemewahan yang tidak dijumpai di Eropa, komoditi-komoditi baru seperti rempah-rempah, lada, cengkeh dan lain sebagainya. Mereka akhirnya juga mengakui bahwa dalam bidang kerajinan, kesenian, teknologi , bangsa Timur Tengah dan Asia ternyata tidak kalah maju dibandingkan dengan bangsa-bangsa Eropa. Perkembangan selanjutnya adalah terjadinya kontak perdagangan antara Barat dan Timur yang sangat menguntungkan bangsa-bangsa Barat.
Muncullah kota-kota dagang di Eropa Barat seperti Venesia, Leevant, Bologna dan sebaginya. Kota-kota dagang tersebut terus berkembang dengan segala kekayaan dan kemewahannya, akan tetapi juga saling berdiri sendiri (otonom) seperti kota-kota di Yunani . Persaingan antar kota pun tak dapat dihindarkan, bahkan jika perlu dengan menggunakan kekuatan militer untuk merebut dan menguasai kota-kota di sekitarnya. Oleh karena itulah setiap kota berusaha untuk paling tidak mempertahankan diri dengan menggunakan tentara sewaan. Hal inilah yang akhirnya mendorong munculnya kesatuan-kesatuan militer komersial yang bisa disewa oleh siapapun yang mampu membayarnya, yang disebut dengan istilah mercenary (Condittier).  Sebagai akibat lebih lanjut meletuslah kekacauan-kekacauan (anarkhi) di kota-kota dagang yang kaya.
Pada sisi lain masyarakat pada kota-kota yang kaya mulai meragukan atau paling tidak mempertanyakan kebudayaan mereka sendiri yang selama itu dianggap paling unggul (Kristen) di seluruh bumi dengan cara mempelajari koleksi perpustakaan-perpustakaan di biara-biara dan gereja-gereja.  Akhirnya mereka menemukan kembali karya-karya kebudayaan Yunani yang sangat mengagumkan, baik berupa karya sastra, filsafat, arsitektur, kisah-kisah kepahlawanan, ilmu pengetahuan dan sebagainya. Mulai saat itulah bangsa Eropa Barat betul-betul kembali menengok ke belakang yaitu ke jaman Yunani dan Romawi, yang menandai perubahan yang dahsyat yang dijiwai oleh pandangan hidup atau kebudayaan Yunani, dan lazim disebut dengan istilah Renaissance.
Pengertian yang paling umum dan sederhana dari renaissance adalah: penemuan kembali atau kelahiran  kembali (‘renasci’ dari bahasa Latin yang berarti dilahirkan kembali)  dari kebudayaan antik (Yunani kuno), termasuk di antaranya para sejarawannya. Dibandingkan dengan  jaman Abad Tengah bisa dikatakan tidak terdapat studi yang sungguh-sungguh atas sejarah kuno, dan pengetahuan akan  jaman kuno di Barat pada waktu itu sangat terbatas. Walaupun terdapat pengaruh penulisan sejarah Yunani terhadap sejarah abad tengah, akan tetapi pengaruh itu hanya terbatas pada beberapa penulis atau sejarawan saja. Pada jaman Renaissance paling tidak sebanyak ¾ karya sastra Latin ditemukan kembali. Artinya lebih dari cukup kesusasteraan dan historiografi Yunani dilahirkan kembali. Hal itu terutama juga sehubungan dengan masih adanya kontak-kontak dengan Kerajaan Yunani Bisantium.
Pada jaman renaissance pendidikan yang berdasarkan pada karya-karya sastra antik, termasuk penulisan sejarah dan filsafat moral, disebut dengan istilah ‘humanitas’ (sementara istilah humanisme baru muncul pada abad 19), sementara guru dalam studi “humanistis” sejak akhir abad 15 disebut dengan istilah ‘umanista’. Berbeda dengan  penulis-penulis jaman abad pertengahan, para humanis ingin mempelajari semua para pengarang antik. Bahkan mereka ingin mengambilalih ita rasa gaya antik dan keindahan antik. Gerakan untuk menemukan kembali dan penghargaan terhadap kebudayaan kuno dengan melakukan  pemeliharaan sumber-sumber lama sehingga bisa ditata seperti keadaan semula pada awalnya memang hanya terjadi di Itali pada awal abad 14. Baru pada awal abad 15 hal itu juga dilakukan di  negeri-negeri lain seperti Ingris, Jerman, Belanda dan sebagainya.
Bertolak belakang dengan masyarakat Abad pertengahan, kebudayaan jaman renaissance mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
  • Antroposentris, yaitu pandangan hidup yang menganggap bahwa manusia adalah pusat segalanya di dunia ini, sehingga baik buruknya segala sesuatu di dunia ini, demikian pula sejarah manusia adalah ditentukan atau berpusat pada manusia itu sendiri.
  • Sekuler, yaitu pandangan hidup yang bersifat keduniawian, dimana segala sesuatu diukur atau berorientasi kepada kehidupan dunia yang bersifat material.
  • Diesseitigheit, yaitu pandangan hidup yang menganggap bahwa dalam kehidupan ini yang terpenting adalah justru di dunia fana ini. Semboyannya adalah “carpidiem” yang berarti nikmatilah hidup ini.
Pada masa reinessance, hidup seorang pemikir, dia adalah Niccolo Machiavelli (1469-1527). Ia dilahirkan di Florence, dan sejak 1494, ketika Florence diduduki Perancis, ia menjabat sebagai pegawai dalam bidang politik tingkat tinggi di republik Florence. Ketika Medici kembali pada 1512 ia dipenjarakan. Setelah bebas ia mencurahkan perhatiannya pada filsafat politik, historiografi dan literature. Bukunya yang amat terkenal adalah II Principe (Penguasa, Raja), adalah semacam buku pelajaran mengenai kekuasaan politik, rangkuman pidato2 kuliah dari para pengarang antik (Yunani), pengalaman2 kerjanya termasuk kegagalan-kegagalannya. Buku itu penuh dengan contoh-contoh historis, tetapi sedikit atau tidak berkaitan/ berurusan dengan historiografi. Sebagai  pelajaran politik, buku itu mengajarkan bahwa untuk menjaga dan mengendalikan ketertiban  dan mengembalikan orde  sosial maka kekuasaan harus dipegang oleh orang yang kuat. Doktrinnya adalah bahwa untuk mencapai tujuan itu jalan, cara, sarana dan prasarana apapun dihalalkan. Gagasan semacam itu sesungguhnya diilhami oleh keadaan kota Florence yang kacau pada waktu itu. Menurut ukuran jaman modern (sekarang) doktrin itu dianggap telah meninggalkan moralitas dan perikemanusiaan.
Buku Machiavelli yang bisa dikatakan sebagai karya histories Istorie Florentine dan Discorsi. Untuk yang pertama yaitu Istorie Florentine (Sejarah kota Florence) yang ditulis atau perintah (permintaan) universitas Florentin, digambarkan bagaimana keadaan kota Florence yang diwarnai oleh konflik-konflik antar kelompok (clique-clique), kekacauan, intrik2, pertentangan kelas, perang, represi untuk memperebutkan kepentingan-kepentingan kelompok dan kekayaan.  Pertentangan dan persaingan yang ketat itu pada gilirannya menimbulkan ketidakmerataan (inequality) antara orang-orang yang kaya dengan yang miskin. Untuk mengatasi konflik-konflik tersebut  Machiavelli mengajukan  suatu teori politik  yaitu perlu diciptakannya kekuasaan yang kuat berlandaskan kekuatan militer guna menciptakan orde sosial (tertib masyarakat), agar organisasi masyarakat bisa ditegakkan, hukum dan peradilan bisa dilaksanakan secara merata tanpa pandang golongan. Disamping itu ia juga mengajukan teori negara berdasarkan sistem politik tersebut yaitu:
  • Monarkhi: Monarkhi Dispotis (Turki); Monarkhi Tirani di kerajaan Saragosa dan Monarkhi feodal di Perancis.
  • Republik: Republik Aristokrasi di Venesia dan Republik Demokrasi di Romawi Kuno.
  • Di antara Monarkhi dan Republik terdapat bentuk Oligarkhi.
Machiavelli juga mengajukan teori mengenai pembagian (pendistribusian) kekayaan dalam masyarakat dengan sistem yang disebut meritokrasi. Yang dimaksud adalah bahwa pembagian kekayaan dalam masyarakat harus didasarkan pada jasa atau ketrampilan (merit) yang disumbangkan tiap-tiap individu. Disamping itu semua orang juga harus diperlakukan sama di depan hukum (equality) dan hukum itu sendiri harus objektif. Oleh karena teori negara yang diajukan Machiavelli di atas, maka ia mendapat sebutan sebagai Bapak ilmu Politik.

Sumber: http://www.pustakasekolah.com/zaman-renaissance-di-eropa.html

Boston, Tea Party


Kemenangan dalam perang Perancis dan India pada tahun 1773 telah membawa keterpurukan ekonomi yang mendalam bagi Inggris. Karena itu, pemerintahan Raja George III bermaksud mengenakan pajak pada koloni di Amerika untuk menutupinya. Mereka juga berusaha menguatkan kendali atas pemerintahan kolonial yang menjadi semakin longgar ketika Inggris terlibat dalam perang. Maksud itu justru memperparah permasalahan. Berbagai kebijakan dan perundangan seperti Stamp Act (1765), Townsend Act (1767) dan Pembantaian Boston (1770) telah menggelisahkan para kolonis dan meningkatkan ketegangan. Namun demikian, usaha kerajaan untuk mengenakan pajak teh-lah yang memicu para kolonis untuk bertindak dan meletakkan dasar bagi Revolusi Amerika.
Koloni menolak membayar pungutan sebagaimana ditetapkan dalam Townsend Acts dan mengklaim bahwa mereka tidak berkewajiban membayar pajak yang dikenakan oleh Parlemen yang mereka tidak memiliki perwakilan di dalamnya. Menanggapi hal tersebut, Parlemen lalu menghapus pajak dengan perkecualian pada bea masuk teh. Pada Mei 1773 Parlemen Inggris merancang sebuah siasat baru, yaitu memberikan hak monopoli impor teh ke Amerika kepada sebuah perusahaan India. Bersamaan dengan itu, Parlemen juga mengurangi bea masuk atas teh impor yang harus dibayar oleh koloni. Dengan demikian, orang-orang Amerika bisa mendapatkan teh dengan harga yang lebih murah. Kebijakan ini lebih merupakan langkah politis daripada kebijakan keuangan dan perpajakan. Intinya adalah, jika koloni membayar pajak bea masuk atas teh maka itu akan berarti mereka mengakui hak Parlemen untuk mengenakan pajak kepada mereka. Rencana ini didasarkan pada asumsi bahwa teh merupakan bagian penting gaya hidup kolonial, dan para kolonis akan lebih suka membayar pajak yang lebih tinggi dari pada dilarang menikmati secangkir teh.
Ternyata para kolonis tidak bisa dikibuli dengan kebijakan-kebijakan tersebut. Mereka memahami maksud dibalik kebijakan itu. Maka, ketika perusahaan yang ditunjuk, yaitu East India Company, mengapalkan teh ke Philadelphia dan New York, kapal-kapal tersebut dilarang berlabuh. Di Charleston, kapal diijinkan mendarat akan tetapi teh-teh tersebut harus digudangkan. (Tiga tahun kemudian teh tersebut dijual oleh para pejuang untuk membiayai revolusi).
Di Boston, kedatangan tiga kapal teh memicu reaksi amarah. Krisis memuncak pada 16 Desember 1773 ketika sebanyak 7000-an orang mencari-cari dimana kapal-kapal tersebut dilabuhkan. Sebuah rapat massa yang dihelat memutuskan bahwa kapal-kapal tersebut harus meninggalkan pelabuhan dan mereka tidak akan membayar kewajiban apapun kepada Inggris. Lalu sebuah komite diutus ke Gedung Bea Cukai untuk memaksa pelepasan kapal-kapal tersebut menegaskan penolakan untuk membayar apapun. Terjadi kebuntuan. Komite utusan kembali lagi ke pertemuan massa menyampaikan hal tersebut. Massa menjadi marah. Dan pada sore hari, sekitar 200-an orang menyamar sebagai orang-orang Indian menyusup ke kapal-kapal pengangkut ter tersebut. Mereka kemudian menghancurkan peti-peti teh dan membuangnya ke laut. Para kolonis mendukung aksi tersebut sementara pemerintah London bereaksi dengan cepat dan keras. Pada Maret 1774 parlemen meluluskan Intolerable Acts yang antara lain berisi penutupan Pelabuhan Boston. Dan, kemudian terjadilah revolusi yang kemudian melahirkan negara Amerika yang kita kenal sekarang. 

Sumber: http://teanology.wordpress.com/2012/01/21/boston-tea-party/